Halaman

Jumat, 13 April 2012

MENDIDIK MERUPAKAN AMAL MULIA

Ada semacam kepuasan jiwa, kebahagiaan bagi seorang guru tatkala melihat murid-muridnya mendapat wawasan baru, pengalaman baru, keterampilan baru dan memberikan senyum yang tulus kepadanya.  Mungkin hampir sama halnya dengan orang tua yang memiliki pengalaman-pengalaman yang membahagiakan, ketika anak-anaknya menguasai keterampilan yang ia ajarkan, meskipun hanya mengucapkan "mamammm ..., atau mama....."  Mereka bahagia sekali dengan kemampuan  itu.  Keletihan dan kelesuan yang disebabkan begitu banyaknya waktu dan tenaga yang terkuras seakan tiada berbekas, semua sirna karena yang dilihat pada murid dan anaknya.


Namun dalam mendidik dan mengajar kadang kala juga menimbulkan rasa kecewa, ketika niat yang tulus ikhlas dan semangat untuk mendidik dan mengajar tidak mampu membangkitklan semangat murid-muridnya.  Ketika murid-murid lesu, tidak tertarik sama sekali dengan nilai atau materi pembelajaran, bahkan seakan-akan pesan bahwa "ilmu itu akan berguna untukmu kelak" serasa diabaikan.  Hal ini seakan menjadi pengalaman buruk bagi guru, seolah-olah ia kurang berguna, membangkitkan amarahnya dan akhirnya menimbulkan perasaan bahwa mengajar bukanlah profesi yang menyenangkan, hingga kemudian merasa ingin cepat pulang dan libur lebih lama.  Kemudian saat masuk kembali sekolah terasa berat atau yang sering disebut sindrom "I don't like Monday", yang disebabkan tuntutan tanggung jawab yang begitu besar.

Sebenarnya, jika kita memperhatikan bagaimana pengorbanan orang tua menghadapi anaknya, maka kita akan melihat bukan hanya kepuasan saja ketika  seorang anak bisa memiliki  pengetahuan, dan keterampilan tetapi ada pengharapan yang tertancapkan, bahwasannya semuanya itu akan mendatangkan kebaikan dan pahala dari sisi Allah SWT.  Pengharapan akan mengalirnya pahala yang tiada henti ketika si anak mengamalkan dan menyebarluaskan pengetahuan dan keterampilannya.  Sebagaimana wasiat Rasul Muhammad SAW, bahwasannya akan terputus ketika manusia meninggal kecuali tiga hal, yaitu : amal jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholeh yang mendoakan kedua orang tuanya.  

Seorang guru di sekolah Islam Dompet Dhuafa Republika menuturkan motivasinya, "saya ingin mendapat berkah," ketika ditanya mengapa dedikasinya begitu tinggi. dan sekolah berhasil membuat siswanya meraih piala perunggu meskipun sekolah baru menginjak tahun kedua.  Sebuah motivasi yang menimbulkan kekuatan luar biasa dan menghasilkan energi seakan tiada habisnya untuk membuat muridnya benar-benar maju.

Tidak ada yang lebih menggembirakan ketika kita, para guru merupakan bagian dari orang-orang yang diseru oleh Allah SWT : "Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah." (QS. Ali Imran : 110).

(Penulisan ulang dari tulisan yang dimuat pada Buletin Al Ittihad, 2006)  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar